Indah, bersih, bening. Jauh dari kesan tercemar sebagaimana imej yang melekat pada banyak perairan di wilayah Indonesia. Kebetulan, saya dan teman saya sudah menganalisis. Apa ini ada hubungannya dengan sedikitnya aktivitas manusia di sekitar wilayah Samudera Hindia (wilayah Samudera Hindia yang dimaksud di sini hanya wilayah Samudera Hindia di daerah itu) di balik karang yang mengelilingi Pulau Sempu (yang juga tidak berpenghuni) tersebut? Hm...sesuai sekali dengan asal usul mayoritas pencemaran yang selama ini saya pelajari di kampus, yaitu aktivitas manusia. Ya, aktivitas manusia merupakan penyebab utama segala bentuk pencemaran yang terjadi di permukaan bumi.
Begitu juga dengan Pantai Segoro Anakan yang terletak di sisi lain karang tempat saya berfoto itu. Pantai Segoro Anakan yang mulai ramai pengunjung yang camping di atas hamparan pasir putih pantai tersebut mulai tercemar. Buktinya, ketika saya dan teman-teman mau wudhu di pantai, kami mendapati bungkus-bungkus mi instan berserakan terombang-ambing di tepi pantai. Teman saya, Boby, yang pecinta alam sejati, langsung mengumpat dalam bahasa dan dialek khas Suroboyoan kala mengetahui keadaan itu. Begini kira-kira kata-kata Boby kalo diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
“ Dasar manusia goblok! Tempat bagus-bagus kayak gini dirusak juga! Tau gitu, tempat bagus kayak gini seharusnya gak ditunjukin ke orang-orang kalo akhirnya cuma dirusak!”
Si Fajrin yang asli Jakarta ikut-ikutan ngomel pake dialek Jakartanya.
” Iya nih.. Wah..Dasar manusia.. Bisanya cuma merusak aja...”
“ Dasar manusia goblok! Tempat bagus-bagus kayak gini dirusak juga! Tau gitu, tempat bagus kayak gini seharusnya gak ditunjukin ke orang-orang kalo akhirnya cuma dirusak!”
Si Fajrin yang asli Jakarta ikut-ikutan ngomel pake dialek Jakartanya.
” Iya nih.. Wah..Dasar manusia.. Bisanya cuma merusak aja...”
Hebatnya, teman-teman saya itu tidak hanya mengumpat dan mengomel. Mereka langsung mengomando kami ber-6 untuk bersama-sama mengambil sejumlah bungkus mi instan dan sampah-sampah plastik di sekitar pantai itu. Begitu pula sampah-sampah lain yang ada di jangkauan mata kami, untuk selanjutnya kami masukkan ke tas kresek. Kemudian, kresek berisi sampah-sampah itu kami simpan hingga esok harinya, ketika kami pulang, untuk kami bawa keluar dari Pulau Sempu dan kami buang di tempat sampah yang ada di sekitar Sendang Biru (pantai di seberang Pulau Sempu yang sudah masuk daratan Kabupaten Malang).
Terlihat sebagai sebuah aksi yang sangat sederhana memang. Tapi, bila mengingat perjalanan keluar dari Pulau Sempu yang tidak bisa dibilang lempeng-lempeng saja, berjalan kaki selama +/- 1,5 jam dengan membawa kantong kresek lumayan besar berisi sampah hanya untuk membuangnya ke tempat sampah yang cukup jauh dari lokasi asal sampah itu, bisa dibilang suatu hal hebat. Ya, sesuatu yang hebat memang harus dimulai dari hal yang kecil. Andai saja setiap orang di Indonesia punya jiwa pecinta alam sejati seperti Boby dan Fajrin, betapa indahnya Indonesia. Takkan ada lagi cerita tentang negara Indonesia yang masuk peringkat 10 atau 20 besar negara tercemar, maupun salah satu kota di Indonesia yang masuk peringkat kota terpolusi, seperti Jakarta yang mendapat ‘gelar’ kota terpolusi nomor 3 di dunia. Bagaimana tidak, jangankan membawa sampah keluar pulau melalui jalan berliku-liku dengan tanjakkan naik turun dan tanah becek, untuk menyimpan bungkus bekas makanan kecil atau plastik bekas tempat es beberapa saat hingga menemukan tempat sampah saja, rasanya belum membudaya di masyarakat Indonesia. Mereka memilih tidak mau bersusah payah mengantongi atau menyimpan sementara bungkus tersebut dan membuangnya begitu saja di atas tanah atau lebih parahnya, di selokan. Padahal, letak tempat sampah di sekitar situ gak terlalu jauh.
Tentang kebiasaan jelek masyarakat Indonesia yang egois terhadap lingkungan itu, saya jadi teringat sebuah kisah nih. Ketika itu, saya sedang nongkrong sambil minum es teh dalam bungkus plastik bersama seorang teman dari jurusan lain di depan kos teman saya itu. Sambil ngobrol sana-sini, tak terasa es teh dalam plastik itu telah saya minum hingga habis. Secara reflek, bungkusnya saya lipat-lipat dan saya masukkan kantong celana saya. Teman saya dari jurusan Teknik Geomatika (maap, sebut jurusan nih, hehehehe) itu langsung menegur (tapi bukan kategori menegur yang baik),
Teman Saya (TS) :“ Duh... anak Teknik Lingkungan mesti kayak gini. Dih..”
Saya: (heran) ”Apaan? Ngantongin plastik bekas es teh ini?”
TS: ”Iya, kok doyan sih ngantongin sampah bungkus makanan kayak gitu (dengan raut muka jijik). Buang aja langsung ke sini aja napa... (menunjuk ke arah selokan yang terletak tepat di samping tempat kita nongkrong).”
Saya: (langsung nyemprot berapi-api) “Eh…enak aja! Yang kayak gini ni..yang bikin Indonesia kena banjir mulu! Payah ah, orang Geomatika kan seharusnya juga mencegah dan mengatasi bencana. E..kamu malah jadi salah satu penyebab bencana! Lebih baik jorok sebentar daripada ngerusak lingkungan!”
Ts : (cuma tersenyum kalem setelah saya semprot)
Hmm.. itulah sekelumit pengalaman saya tentang secuil perbuatan yang mungkin bila dilakukan banyak orang, akan bermanfaat sangat besar. Ya, sekali lagi, sesuatu yang besar, yang hebat, harus dimulai dari hal-hal kecil di sekitar kita, termasuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan Indonesia! Semoga dapat menginspirasi semua yang membaca agar lingkungan Indonesia dan bumi kita menjadi lebih baik! Amin...
Saya: (heran) ”Apaan? Ngantongin plastik bekas es teh ini?”
TS: ”Iya, kok doyan sih ngantongin sampah bungkus makanan kayak gitu (dengan raut muka jijik). Buang aja langsung ke sini aja napa... (menunjuk ke arah selokan yang terletak tepat di samping tempat kita nongkrong).”
Saya: (langsung nyemprot berapi-api) “Eh…enak aja! Yang kayak gini ni..yang bikin Indonesia kena banjir mulu! Payah ah, orang Geomatika kan seharusnya juga mencegah dan mengatasi bencana. E..kamu malah jadi salah satu penyebab bencana! Lebih baik jorok sebentar daripada ngerusak lingkungan!”
Ts : (cuma tersenyum kalem setelah saya semprot)
Hmm.. itulah sekelumit pengalaman saya tentang secuil perbuatan yang mungkin bila dilakukan banyak orang, akan bermanfaat sangat besar. Ya, sekali lagi, sesuatu yang besar, yang hebat, harus dimulai dari hal-hal kecil di sekitar kita, termasuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan Indonesia! Semoga dapat menginspirasi semua yang membaca agar lingkungan Indonesia dan bumi kita menjadi lebih baik! Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar