Sabtu, 13 Desember 2008

Alternatif Bahan Bakar Biologis Baru : Ganggang

Sumber energi yang selama ini digunakan manusia di dunia, yaitu minyak bumi yang merupakan sumber energi berbasiskan fosil, semakin menipis. Sebentar lagi, harga minyak bumi diramalkan melambung. Sebagaimana kita ketahui, minyak bumi sebagi sumber energi juga memiliki banyak dampak negatif, salah satunya menimbulkan pencemaran udara yang gak main2 akibatnya bagi fisik makhluk hidup. Jadi, apakah kita harus terus menerus bergantung pada minyak bumi? Hanya bisa panik dan berdemonstrasi ketika harga minyak semakin meninggi, sementara yang kita perjuangkan itu sebenarnya lambat laun juga merusak lingkungan?
Oke, sekarang manusia dunia semakin kreatif. Ilmu pengetahuan semakin maju. Ada baiknya kita mengusahaka alternatif energi lain yang ramah lingkungan, juga muda didapat sehingga harganya murah... Berikut ini artikel tentang penemuan salah satu alternatif energi ramah lingkungan, yaitu ganggang.

Prof. Hein de Baar dari Universitas Groningen dan lembaga penelitian Belanda bernama Nederlands Instituut voor Onderzoek der Zee (NIOZ) meyakini bahwa ganggang sangat cocok untuk bahan bakar biologis. Ganggang mudah tumbuh di mana saja. Bahkan, sebagian besar biomassa di bumi ini dihasilkan oleh ganggang.

ganggang hijau


Ganggang menghasilkan sepuluh kali lebih banyak bahan bakar katimbang jagung atau biji-bijian lain. Selain itu ada beberapa keuntungan: ganggang mudah dikembangbiakkan, bukan makanan manusia dan bisa diproduksi tanpa menghasilkan CO2. Dalam beberapa tahun diharapkan mereka sudah bisa menghasilkan minyak ganggang.

Mudah Dikembangbiakkan
"Untuk bisa tumbuh, ganggang membutuhkan CO2, katakanlah semacam pupuknya. Artinya perkebunan ganggang akan membutuhkan amat banyak CO2. Dan itu bisa disalurkan dari cerobong asap sebuah pembangkit listrik, misalnya. CO2 ditangkap dan disalurkan ke tempat pembiakan ganggang di sebelah pusat listrik itu. Ganggang yang tumbuh subur bisa menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh pusat listrik tersebut. Nah, dengan demikian terbentuklah lingkaran produksi tanpa melepaskan CO2 ke udara", jelas Professor de Baar.

Hal ini menjelaskan sisi positif lain dari ganggang. CO2 sebagai salah satu gas hasil pernafasan makhluk hidup, yang juga memiliki trademark sebagai emisi bahan bakar bermotor maupun pabrik yang dapat menyebabkan efek rumah kaca, ternyata bisa menjadi sesuatu yang berharga dan bernilai ekonomis berkat perannya sebagai semacam pupuk untuk calon bahan bakar yang diharapkan tidak lagi mahal dan memiliki potensi sangat kecil untuk mencemari lingkungan.

Dengan kata lain, penggunaan ganggang sebagai bahan bakar alternatif ini juga dapat meminimalisir efek rumah kaca. Dan itu berarti, penggunaan ganggang sebagai bahan bakar alternatif memiliki 2 peran yang sangat bersahabat dengan kondisi bumi :

1. Meminimalisir pencemaran udara karena tentu saja bahan bakar biologis tidak mengandung logam berat seperti timbal dan juga gas CO.

2. Meminimalisir global warming akibat efek rumah kaca.

Selain itu, ganggang juga memiliki kelebihan dibandingkan bahan bakar alternatif lain, seperti jagung. Keberatan utama terhadap bahan bakar biologis seperti jagung yang selama ini sudah digunakan beberapa negara adalah karena jagung juga merupakan bahan makanan manusia. Di Amerika Latin, harga jagung naik, karena ada persaingan antara jagung untuk dimakan dan jagung untuk dijadikan bahan bakar. Hal ini tidak berlaku bagi ganggang. "Ganggang bisa dikembangbiakkan di bejana-bejana besar tembus cahaya, diisi air, cukup udara dan kaya CO2, hanya itu yang dibutuhkan. Setelah beberapa saat air yang tadinya jernih menjadi semacam bubur hijau. Inilah yang bisa disaring dan dijadikan bahan bakar", demikian masa depan perkebunan ganggang menurut Professor de Baar.

Sebetulnya ide yang cukup sederhana bukan? Aku rasa, kita-kita yang sudah mengenal pelajaran biologi tentang ganggang dan berkutat di lab untuk mengetahui seluk beluk ganggang pun sebenarnya bisa. Mungkin, kita kurang peka dan kurang kreatif kali ya? Wah... bisa dijadikan bahan acuan untuk menemukan makin banyak bahan bakar alternatif lainnya kan? Ayo, ilmuwan ilmuwati Indonesia.. Mana nih inovasinya untuk menyelamatkan bumi kita tercinta ini? (menyeruka kepada diri sendiri juga, jadi malu ahhh...)


Oh ya, sebenernya, aku juga ada ide sih buat alternatif bahan bakar ramah lingkungan di masa depan, yaitu sisa nasi yang gak kepake atau yang sudah bisa. Kok bisa sisa nasi yang udah basi jadi bahan bakar alternatif? Ehm, sedikit penjelasan nih. Sisa nasi kan jelas mengandung karbohidrat, yang bisa dihidrolisis menjadi glukosa. Nah glukosa kan kalo difermentasi bisa juga jadi etanol tuh... Berarti, kesimpulannya, bisa jadi bahan bakar bioetanol yang minim kandungan Pb dan CO juga kan? Lebih baik menjadikan nasi sisa dan basi tersebut menjadi bahan bakar alternatif daripada dibuang sia2 trus jadi sampah basah. Setuju gak?

Ide tentang nasi sisa dijadiin calon bahan bakar ini udah aku ikutin pkm tuh...hehehe...doain disetujui dikti yah kawan2..=). Kalo nanti udah dapet dana. Penjabaran lebih lanjut tentang pnelitianku dan dua teman kuliahku di Teknik Lingkungan ini bakalan aku upload disini kok. Tenang aja.. So, pray the best for me, right? Hehehe.

Pray and Act for The Best Future of Our Earth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar